Line Of Life Part 1
Introduction
Hallo! perkenalkan nama gue Agit,
saat ini gue sedang melanjutkan pendidikan gue di salah satu perguran tinggi
negeri di daerah Semarang. Buat yang udah mengikuti blog gue, mungkin akan
sedikit bosan dengan isi cerita ini. Isi cerita ini hanya remake dari cerita
gue tentang “Cinta itu gila” dengan bahasa yang lebih mudah dipahami dan gaya
penulisan laporan praktikum hahaha. Maklum dulu gue nulis mulai dari kelas 2
SMA (sekarang gue udah semester 6), sehingga bahasa penulisan gue banyak yang
garing dan tidak dipahami. Oya buat yang udah baca juga tidak ada salahnya
membaca lagi, karena cerita ini akan gue tulis hingga kejadian gue saat ini dan
insya Allah jika tidak ada yang menghalangi gue akan sering meng update
ceritanya.
Terus kalau kalian bosen dengan tema
cerita yang isinya cinta melulu, maafkan gue ya saat ini hanya cerita ini dulu
yang bisa gue ceritakan dan niat gue untuk menamatkan cerita ini dengan gaya
penulisan yang tepat. Next story akan gue ceritakan berbagai macam pengalaman
gue yang ngga kalah serunya. Oiya, nama nama tokoh dalam cerita ini akan gue
samarkan sedikit demi menjaga privasi dari orang tersebut. Karena dikhawatirkan
orang tersebut akan menjadi terkenal dan mengganggu kehidupannya yang normal.
Sooo
keep to read my story!
Nisa, Bimbel ++ dan Pukulan
Kebanyakan
anak SMA sudah tidak asing lagi dengan yang namanya bimbel. Bimbel adalah
sebuah makanan yang biasa disajikan dengan ayam goreng, tahu, tempe teri dan
lalapan (ITU TIMBEL WOI) ya selow selow. Bimbel adalah singkatan dari bimbingan
belajar, banyak lembaga – lembaga yang menyediakan jasa bimbel untuk membantu
proses belajar murid yang kurang paham apa yang di ajarkan disekolah. Kelas 2
SMA gue ikut bimbel karena gue termasuk tipikal orang yang males kalau belajar
sendiri dirumah ujung ujungnya main hape, tidur dan ujung ujungnya remedial.
Sehingga orang tua gue memutuskan untuk mendaftarkan gue disalah satu bimbel
yang lokasinya tidak jauh dari sekolah gue saat itu. Hari pertama masuk bimbel
gue tidak langsung belajar melainkan melakukan psikotest untuk mengetahui
berapa Ip gue. Eh bukan Ip tapi Iq haha (ini beneran lupa). Saat itu gue datang
terlambat karena gue lupa kalau hari itu adalah hari pertama gue masuk,
sehingga sepulang sekolah gue malah pulang kerumah. Baru saja membuka pintu
rumah gue baru inget kalau itu hari pertama gue bimbel, gue buka lalu gue tutup
pintu rumah (supaya afdol) dan pergi ke tempat bimbel gue yang lokasinya
berjarak sekitar 20 menitan dari rumah gue.
Sesampainya
disana kursi sudah diisi penuh dibagian belakang dan lucunya deretan depan
kosong dan hanya diisi oleh seorang perempuan. Oiya kondisi hati gue saat ini
yaitu baru putus dari pacar gue dan dapat dikatakan gue single. Balik lagi ke
cerita, karena kursi bagian belakang sudah penuh mau gamau gue duduk didepan
disebelah perempuan tersebut. Gue pun duduk membuka tas dan gue baru sadar gue
tidak membawa alat tulis (maklum jaman SMA harga pulpen mahal). Gue bingung
harus apa saat itu, sementara temen temen deket gue duduk jauh dibelakang dan
gue malu untuk pergi ke belakang sekedar untuk meminjam alat tulis. Gue pun
diem pasrah dan bingung harus apa. Saat pengawas datang dan memberikan lembar
soal ke gue, gue pura pura mengobrak abrik tas agar terlihat mencari pulpen
(intinya sih biar ga malu kalau dia nanya gue bawa alat tulis atau ngga haha).
Sudut mata gue melihat logo sekolah yang tertera di pakaian perempuan sebelah
gue seperti logo sekolah gue. Lalu gue memberanikan diri meminjam pulpen ke
perempuan itu.
“eh
ada pulpen lagi ga? Hee”
“ada”
dengan nada ketus dia menjawab pertanyaan gue
Judes
sekali perempuan tersebut, kalau gue bawa pulpen juga gue ga bakalan minjem ke
elu woi!!
“nih”
Saat
dia memberikan pulpen, terlihat lah muka dia. Subhanallah cantik sekali
perempuan ini tapi judesnya ngga ada dua. Lalu gue pun mengerjakan soal dengan
perasaan penasaran. Siapa nama perempuan ini. Saat berkas jawaban dikumpulkan
gue pun mencari akal bagaimana mengetahui nama dia. Lalu gue pura pura
menawarkan untuk membawakan lembar jawaban dia ke pengawas.
“eh
ini pulpennya makasih ya, mau sekalian aku kumpulin ngga ?”
“oh
iya sama – sama. Oh boleh makasih lagi ”
“oh
iya hehe”
Tetap
dengan muka judesnya untuk memnjawab percakapan gue.
Lalu gue pun mengambil lembar
jawabannya dan berhasil gue mengetahui namanya. Namanya adalah Nisa.
Sepulang dari bimbel gue langsung
pulang dan berniat untuk melakukan kegiatan detektif kecil kecilan alias kepo.
Gue cari twitter, fb (dulu masih jaman haha) dan bbmnya. Namun saat mendapatkan
pin bbm rasa bahagia gue berubah menjadi biasa saja. Karena terdapat nama
seorang laki – laki di status bbm dia. Dan denger denger pacarnya itu galak! Ya
galak. Gue ambil contoh temen tongkrongan gue pernah sengaja menggoda dia lewat
BBM. Esok harinya pacarnya datang ke tongkrongan dan mencari teman gue
tersebut. Untungnya teman gue sudah lari sebelum pacarnya datang hahaha. Namun
hal tersebut tidak membuat gue putus asa untuk mengetahui lebih detail
mengenail Nisa. Dari saat itu gue sering sengajar duduk didepan kelas sambil
menunggu dia lewat karena saat itu posisi kelas gue sangat strategis. Lokasi
kelas gue berada di dekat gerbang menuju kantin sehingga mewajibkan semua murid
yang menuju kantin harus melewati kelas gue. Setiap istirahat gue memilih untuk
duduk didepan kantin menunggu Nisa lewat lalu mengikutinya kekantin dari
belakang, berpura pura jajan dimana tempat dia jajan dan kembali kekelas lagi.
Bahkan kalau mau shalat dhuhur kadang gue menunggu Nisa menuju masjid juga.
Jadi kalau Nisa lagi ngga sholat ya gua juga ikutan ngga shalat kadang kadang
ehehehe. Tapi sekarang ngga kok.
Terkadang gue sengaja menyapa dengan
memanggil “Nis” tapi dia bales dengan senyum terpaksa. Senyum terpaksa sudah
cukup bagi gue dari pada tidak tersenyum sama sekali. Pernah suatu ketika dia
datang kekelas gue untuk mendatangi teman gue yang merupakan teman dia saat
masih kelas 1 SMA. Girangnya gue melihat dia dipintu kelas gue, gue pun berlali
kearah pintu sekedar untuk mendapatkan senyuman “terpaksanya”. Tanpa diketahui
teman gue menyandung kaki gue tepat didepan pintu gue mengakibatkan
keseimbangan tubuh gue hilang dan bersiap untuk jatuh kedepan.
“bug!”
Tanpa
disadari lengan kanan gue mendarat di dada Nisa dengan gaya yang lumayan besar.
“agit
ih sakit!!!”
“eh
maaf ga sengaja..”
Lalu
gua pun dipukul kembali oleh Nisa dibagian punggung sebanyak 3x dan dia pergi…
Yah
anjir emang temen gue…
Yang
gue takutkan adalah jika dia melapor ke pacarnya dan pacarnya membalas memukul
dada gue. Tidaaaaak..
Gue
pun cerita dengan teman gue bermaksud mendapatkan bantuan jika sewaktu waktu
kejadian yang gue takutkan terjadi. Tetapi respon teman gue tidak seperti yang
gue harapkan..
“besar
git ?”
“mantap
emang. Langsung dapet dada”
Bahkan
ada yang sengaja memegang lengan gue lama sekali sambil membayangkan memegang
dada Nisa…. -.-
Maafkan
kelakuan teman teman gue ya guys!
Tapi
ada temen gue yang mengerti gue namanya Purco
“udah
santai git, ga akan lah dia sampai lapor pacarnya cuman gara gara gitu doang.
Kalau ada apa apa nanti gue bantuin kok”
Dan
Alhamdulillahnya sampai saat ini gue masih hidup yang berarti pacarnya tidak
pernah memukul dada gue. Namun efek dari kejadian tersebut adalah intesitas gue
bercakapan dengan dia menjadi meningkat. Terutama ketika bimbel karena bimbel
gue dengan dia dilakukan pada waktu yang sama hanya saja beda kelas. Ya lumayan
kan kadang gue sengaja datang cepat cepat ke bimbel demi menunggu dia di pintu
dan keluar duluan demi menunggu dia dipintu. Bahkan terkadang kalau bimbel gue
mengadakan try out dicabang yang berbeda gue menawarkan Nisa untuk pergi
bersama gue.
Dia
menerima tawaran gue tapi dengan temannya juga yang ikut. Jadi dimobil ya tetep
aja gue ngerasa seperti supir. Tapi gapapa lah demi dia. Oya temannya itu
bernama Ama. Seorang wanita yang menurut gue sih lumayang cantik, asik orangnya
ngga terlalu judes bila dibandingkan dengan Nisa. Tapi masih cantikan Nisa sih
hehehe
#to be continued
Komentar
Posting Komentar